ANALISIS JURNAL Sumber : IJSE (International Journal of Science)

1 of
Published on Video
Go to video
Download PDF version
Download PDF version
Embed video
Share video
Ask about this video

Page 1 (0s)

ANALISIS JURNAL Sumber : IJSE (International Journal of Science).

Page 2 (24s)

JURNAL 1.

Page 3 (30s)

JURNAL 1. JUDUL : Making pupils’ conceptions of electricity more durable by means of situated metacognition (Membuat konsepsi siswa tentang listrik lebih tahan lama melalui metakognisi yang terletak) Oleh : Petros Georghiades, Ministry of Education and Culture of Cyprus International Journal Science Education. Tahun 2004. Volume 26. No.1 (85-99)..

Page 4 (1m 17s)

GAMBARAN UMUM / ABSTRAK. Artikel ini bertujuan untuk mengintegrasikan pemikiran metakognitif pada siswa SD ke dalam pembelajaran tertentu dengan cara menanamkan kegiatan metakognitif, seperti diskusi kelas, menggambar beranotasi, membuat catatan seperti buku harian, dan pemetaan konsep. Peneliti ingin mengintegrasikan pemikiran metakognitif ini dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki ingatan jangka panjang pada materi tertentu (memperpanjang daya tahan pemahaman sains peserta didik). Sehingga jenis pemikiran metakognitif yang digunakan peneliti bukan metakognitif secara umum. Materi pelajaran yang diambil adalah tentang Listrik Penelitian menggunakan sampel sebanyak 60 siswa kelas V SD di Siprus pada mata pelajaran Listrik. Desain penelitian menggunakan desain eksperimen semu dengan 2 kelompok kelas, satu kelompok kelas sebagai kelas eksperimen, dan satu kelas sebagai kelompok pembanding..

Page 5 (2m 33s)

GAMBARAN UMUM / ABSTRAK. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan menerapkan metakognisi. pembelajaran dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu tahun ajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik metakognisi dalam pembelajaran mata pelajaran tertentu layak digunakan untuk siswa SD dengan metakoginsi terapan untuk mempertahankan konsep yang diajarkan untuk jangka waktu yang lebih lama. Anak-anak / peserta didik pada kelompok uji metakognisi terbukti dapat mengingat pemahaman mereka yang lebih permanen pada pembelajaran tertentu..

Page 6 (3m 11s)

LATAR BELAKANG. Pada konteks sistem pendidikan yang teroganisir, penekanan kepada proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap penataan pemahaman dan pengetahuan konsep materi oleh siswa. Agar pengajaran dan pembelajaran berhasil, maka perlu penekanan daya tahan ingatan siswa pada materi tertentu. Dengan begitu, diharapkan peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan baru hingga kedalaman yang cukup, tetapi juga untuk mempertahankan pengetahuan tersebut untuk jangka waktu yang lama setelah pengajaran. Tujuan pendidikan adalah siswa dapat menggunakan keterampilan dan pengetahuannya dalam mengatur kehidupan nyata atau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. agar pengetahuan dapat digunakan secarar potensial, maka pengetahuan yang ditanamkan pada siswa juga harus memiliki daya tahan yang lama. Untuk menekankan ingatan konsep pengetahuan dan meningkatkan kreatifitas siswa, maka perlu menekankan pada proses pembelajaran dengan menerapkan metakognisi khusus pada materi tertentu..

Page 7 (4m 29s)

LATAR BELAKANG. Saat ini ada banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa murid sering melupakan apa yang mereka pelajari di sekolah beberapa saat setelah pengajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, banyak peneliti yang menyarankan bahwa dengan menerapkan pembelajaran berpikir metakognisi dapat merancang pendekatan yang dapat memperpanjang umur pengetahuan/daya ingat yang dipelajari siswa. jika dilihat dalam kaitannya dengan sebagian besar literatur yang ada, yang secara selektif berfokus pada populasi sekolah menengah atau orang dewasa ketika datang ke studi tentang metakognisi. Usia primer diabaikan atau dikecualikan karena tidak dapat terlibat dalam pemikiran metakognitif, atau mendapat manfaat dari aktivitas tersebut..

Page 8 (5m 50s)

PENDAHULUAN. Metakognisis didefinisikan sebagai pengetahuan dan kognisi tentang fenomena kognitif. Dalam literatur diartikan sbegaia proses pemngambilan keputusan eksekutif dimana individu melakukan operasi kognitif dan mengawasi kemajuan mereka. Siswa dikatakan terlibat dalam pemikiran metakognitif ketika siswa dapat merefleksikan secara sadar apa yang mereka ketahui tentang tugas yang diberikan, dapat menggambarkan apa dan mengapa mereka saat ini lakukan, dapat memahami perasaan dan situasi belajar yang mereka alami, dan dapat menggunakan informasi ini untuk memantau dan meningkatkan kinerja mereka. Sekelompok peneliti yang berkembang menganggap rasa pendidikan secara eksplisit tentang pentingnya metakognisi, menunjukkan bahwa hal itu dapat memiliki dampak positif pada pembelajaran siswa dan kinerja sekolah mereka Hal ini mengakibatkan metakognisi menikmati peningkatan perhatian dalam sejumlah besar proyek yang bertujuan untuk membantu anak-anak untuk 'belajar cara berpikir'..

Page 9 (7m 16s)

Metakognisi umum adalah jenis metakognisi yang dipraktikkan di sebagian besar studi yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir umum anak-anak . Namun metakognisi disini tidak bertujuan langsung pada peningkatan keterampilan berpikir umum, melainkan digunkaan sebagai sarana untuk memfasilitasi pembelajaran sadar dan kesadaran bagaimana pemahaman siswa berkembang untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dari materi yang diajarkan..

Page 10 (8m 26s)

RUMUSAN MASALAH. Bagaimana peran metakognisi dalam daya tahan konsepsi sains murid sekolah dasar, dalam menanggapi masalah umum murid melupakan apa yang mereka pelajari dalam waktu singkat setelah instruksi? A pakah praktik metakognisi dapat memiliki dampak positif pada pembelajaran sains pada siswa SD ?.

Page 11 (8m 53s)

TUJUAN PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari peran metakognisi dalam daya tahan konsepsi sains murid sekolah dasar, dalam menanggapi masalah umum murid melupakan apa yang mereka pelajari dalam waktu singkat setelah instruksi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah praktik metakognisi dapat memiliki dampak positif pada pembelajaran sains siswa SD..

Page 12 (9m 27s)

METODE PENELITIAN. Penelitian bertujuan untuk mempelajari peran matekognisi pada daya tahan ingatan siswa pada materi yang telah diajarkan. Peneltiian dilakukan di SD Negeri SIprus dengan sampel 60 siswa yang berusia 11 Tahun. Materi pelajaran yang diambil adalah Listrik. Sampel dibagi menjadi 2 kelas dengan satu kelas sebanyak 30 siswa sebagai kelompok eksperimen semu, dan satu kelompok sebanyak 30 siswa sebagai kelompok pembanding. Tes uji signifikansi yang digunakan = 0,05. Kedua kelompok 'dicocokkan' berdasarkan nilai rata-rata mereka dalam tes perkembangan kognitif dan tes sains Kelas 4..

Page 13 (11m 22s)

Kinerja siswa dinilai berulang kali melalui tes tertulis yang sama 1 minggu (Tahap 1), 2 bulan (Tahap 2) dan 8 bulan (Tahap 3). Tes tersebut membahas lima konsep yang diajarkan, yaitu: (a) 'elektron – aliran arus', (b) 'konduktor dan isolator', (c) 'sirkuit/saklar terbuka-tertutup', (d) 'bola lampu yang terbakar ' dan (e) 'korsleting'. Setiap konsep diuji tiga kali melalui latihan dengan karakteristik kontekstual yang berbeda: (a) latihan yang membutuhkan ingatan pengetahuan yang bebas konteks, (b) latihan yang ditempatkan dalam konteks yang menyerupai eksperimen yang dilakukan di kelas, dan (c) latihan yang ditempatkan di tempat yang tidak dikenal. ' konteks yang mengacu pada masalah kehidupan nyata..

Page 14 (11m 48s)

Empat kegiatan metakognitif yang berbeda digunakan dalam penelitian ini, yaitu: (a) diskusi kelas, (b) membuat buku harian, (c) menggambar beranotasi, dan (d) pemetaan konsep.

Page 15 (12m 2s)

HASIL PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor yang dicapai oleh siswa dari kelas eksperimen secara konsisten lebih tinggi daripada yang diperoleh oleh rekan-rekan mereka dari kelas komparatif, dalam tiga tes yang diberikan. Pada kelas komparatif, hasil belajar cenderung menurun, sedangkan pada kelas eksperimen hasil belajar cenderung konsisten Perbedaan yang tercatat antara kedua kelompok awalnya kecil (Tahap 1, P =0,515), hanya meningkat selama tiga fase penelitian yang mendukung kelompok eksperimen (Tahap 3, P = 0,048). Hal ini menunjukkan bahwa meskipunsiswa dari kelompok eksperimen tidak membangun jumlah pengetahuan subjek yang jauh lebih besar, dibandingkan dengan kinerja kelompok pembanding, mereka lebih berhasil mengakomodasi ide-ide arus listrik ke dalam ingatan jangka panjang mereka dan mengalami pengalaman yang lebih permanen. restrukturisasi pemahaman mereka. peneltian ini hanya menggunakan sampel kecil, sehingga tidak mutlak membuktikan metokognisi memiliki efek/pengaruh baik dalam pembelajaran. Meskitpun dalam peneltian ini dapat membuktikan bahwa penggunaan berpikir metakognisis pada mata pelajaran tertentu dapat menghasilkan daya ingat belajar siswa dalam jangka panjang. Namun untuk dapat membuktikan klaim/hipotesis uji maka penelitian harus menggunakan penelitian longitudinal dengan sampel yang lebih besar..

Page 16 (13m 58s)

KESIMPULAN. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa praktik metakognisi layak dilakukan oleh siswa Kelas 5. Hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan berppikir metakognisi pada anak SD Kelas 5 (sekolah primer) layak dan memperoleh hasil pengaruh poitif terhadap daya ingat konsep pengetahuan dan keterampilan siswa. metakognisi memberikan dampak positif terhadap daya ingat pembelajaran IPA anak SD dan memberikan pendalaman konsepsi yang dibangun anak..

Page 18 (14m 45s)

JURNAL 2. JUDUL : Teachers’ Voices on Integrating Metacognition into Science Education (Suara Guru tentang Integrasi Metakognisis dalam Pendidikan Sains) Oleh : Adi Ben-David & Nir Orion Departemen Pengajaran Sains , Institut Weizmann Sains , Rehovot , Israel International Journal Science Education. Tahun 2012. Volume 35. No.18 (3161-3193)..

Page 19 (15m 44s)

GAMBARAN UMUM / ABSTRAK. Penelitian ini merupakan upaya untuk mendapatkan wawasan baru, atas nama guru sains, ke dalam integrasi metakognisi (MC) ke dalam pendidikan sains. Peserta adalah 44 guru IPA SD yang mengikuti program in-service teacher-training (INST). Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa sumber data: rekaman semua diskusi verbal yang berlangsung selama program, refleksi tertulis guru, dan wawancara individu semi terstruktur. penelitian ini memberikan analisis kualitatif dari 44 suara guru sebagai sebuah kelompok, serta analisis naratif studi kasus rinci dari cerita tiga guru.

Page 20 (16m 41s)

LATAR BELAKANG. Seperti diketahui, pemikiran guru tentang sifat pembelajaran dan pengajaran memiliki dampak yang kuat pada praktik mereka, yang pada gilirannya mempengaruhi pembelajaran siswa Pertumbuhan metakognitif siswa dipengaruhi oleh guru dan metode serta materi mereka Dengan demikian, memaparkan pemikiran guru tentang MC merupakan langkah penting dari teori ke kenyataan, yaitu praktik di kelas. Kebijakan pendidikan baru menyoroti pentingnya mengintegrasikan MC sebagai komponen pembelajaran yang tidak terpisahkan. Argumen utama dalam penelitian ini adalah bahwa ada kesenjangan besar antara MC seperti yang dijelaskan dalam literatur akademik dan apa yang dipikirkan guru tentangnya..

Page 21 (17m 38s)

RUMUSAN MASALAH. Apa pemikiran dan sikap pedagogis intuitif (pra-instruksi) guru sains terhadap pembelajaran dan pengajaran metakognitif? Bagaimana pemikiran dan sikap pedagogis guru IPA terhadap pembelajaran dan pengajaran metakognitif mengikuti program INST? Apa yang dapat dipelajari dari pengalaman para guru sains ini untuk upaya program INST di masa depan?.

Page 22 (18m 13s)

TUJUAN PENELITIAN. Mengetahui pemikiran dan sikap pedagogis intuitif (pra-instruksi) guru sains terhadap pembelajaran dan pengajaran metakognitif. Mengetahui pemikiran dan sikap pedagogis guru IPA terhadap pembelajaran dan pengajaran metakognitif mengikuti program INST. Mengetahui apa yang dapat dipelajari dari pengalaman para guru sains ini untuk upaya program INST di masa depan..

Page 23 (18m 51s)

METODE PENELITIAN. Pesertanya adalah 44 guru IPA (36 perempuan dan 8 laki-laki) dari 18 sekolah dasar yang berbeda (perkotaan dan pinggiran) dengan pengalaman mengajar yang luas mulai dari hingga 25+ tahun (Tabel 1). Pendekatan penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam pertanyaan penelitian daripada yang mungkin dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrumen / Pengumpulan data dilakukan oleh beberapa sumber data. Yakni Wacana guru, Refleksi tertulis guru (sebagai peserta didik dan sebagai guru), dan Wawancara individu semi-terstruktur dengan tiga orang guru. Validitas semua alat penelitian ditentukan oleh dua ahli akademik di bidang MC. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif..

Page 24 (19m 57s)

Pemikiran Pedagogis Guru tentang MC Triangulasi temuan dari diskusi verbal guru, tugas tertulis dan pra-wawancara individu menunjukkan bahwa pemikiran pedagogis intuitif (pra-instruksi) guru tentang MC tidak lengkap dan tidak memuaskan. Namun, pada sesi terakhir program INST, pemikiran pedagogis guru tentang MC jauh lebih berkembang Sikap guru (TA) terhadap MC Hasil triangulasi (dari diskusi lisan guru, tugas tertulis dan wawancara individu) menunjukkan bahwa sikap awal guru (pra-instruksional) terhadap MC negatif atau tidak jelas.

Page 25 (21m 9s)

HASIL PEMBAHASAN. Setelah guru menguasai konsep MC dalam program INST, hasil berikut telah diidentifikasi: (a) guru mengungkapkan keheranan bagaimana isu penting dan relevan seperti itu hampir tidak terlihat oleh mereka; (b) guru mengidentifikasi karakter afektif dari pengalaman metakognitif sebagai aspek paling signifikan dari MC, yang bertindak sebagai mediator antara pengajaran dan pembelajaran; (c) kurangnya materi pembelajaran yang membahas MC dan tidak adanya bimbingan di dalam kelas yang mendukung diidentifikasi sebagai hambatan utama untuk pelaksanaannya; (d) guru menyatakan kesediaan untuk melanjutkan pengembangan profesional mereka untuk memperluas kemampuan mereka untuk mengintegrasikan MC sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari kurikulum sains..

Page 26 (22m 15s)

KESIMPULAN. Suara guru tentang MC adalah manifestasi dari kesenjangan besar antara literatur akademik dan praktik kelas di bidang MC. Sementara MC adalah topik 'panas' dan paling signifikan untuk pendidikan sains, dari sudut pandang peneliti akademis temuan peneliti memberikan bukti berbasis penelitian untuk pertanyaan penelitian pertama bahwa MC hampir tidak terlihat oleh guru sains. Pada awal program INST, sebagian besar guru (40 dari 44) sama sekali tidak terbiasa dengan konsep 'MC', dan para guru yang akrab hanya bisa mengatakan bahwa MC adalah 'berpikir tentang berpikir' (n ¼ 2) atau 'refleksi' (n ¼ 1), tanpa kemampuan untuk menjelaskan atau memberikan contoh untuk berpikir tingkat metakognitif. Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya bahwa pengajaran MS sering diabaikan Temuan penenliti ini juga memberikan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana guru berpengetahuan tentang MC Selanjutnya, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa meskipun guru IPA hanya tahu sedikit tentang MC, mereka masih memiliki prasangka yang mengganggu tentang masalah ini. Setelah mengkonstruksi beberapa pengetahuan tentang MC selama program INST, guru masih ragu tentang usia yang tepat dan tingkat prestasi siswa yang akan mampu menangani MC..

Page 27 (24m 2s)

JURNAL 3.

Page 28 (24m 8s)

JURNAL 3. JUDUL : Exploring the Impacts of Cognitive and Metacognitive Prompting on Students’ Scientific Inquiry Practices Within an ELearning Environment (Menjelajahi Dampak Dorongan Kognitif dan Metakognitif pada Praktik Inkuiri Ilmiah Siswa Dalam Lingkungan ELearning) Oleh : Wen-Xin Zhanga, Ying-Shao Hsua, Chia-Yu Wangb & Yu-Ting Ho Institut Pendidikan Sains Pascasarjana, National Taiwan Normal Universitas, Taipei, Taiwan, Republik Tiongkok & Institut Pendidikan, Universitas Nasional Chiao Tung, Hsinchu, Taiwan, Republik Tiongkok International Journal Science Education. Tahun 2015...

Page 29 (25m 11s)

GAMBARAN UMUM / ABSTRAK. Artikel ini mengeksplorasi efek dorongan metakognitif dan kognitif pada praktik penyelidikan ilmiah siswa dengan berbagai tingkat metakognisi awal. Sampel diambil dari dua kelas sekolah menengah pertama. Satu kelas, kelompok eksperimen (n ¼ 26), yang menerima kurikulum berbasis inkuiri dengan kombinasi petunjuk kognitif dan metakognitif, dibandingkan dengan kelas lain, kelompok pembanding (n ¼ 25), yang hanya menerima petunjuk kognitif dalam kurikulum yang sama. Sumber data meliputi tes praktik inkuiri, angket metakognisi, dan lembar kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dorongan kognitif dan metakognitif campuran memiliki dampak yang signifikan terhadap praktik inkuiri siswa, terutama kemampuan perencanaan dan analisis mereka. Selanjutnya, petunjuk campuran tampaknya memiliki efek diferensial pada siswa dengan metakognisi tingkat yang lebih rendah, yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kemampuan penyelidikan mereka. Kombinasi petunjuk kognitif dan metakognitif selama siklus inkuiri ditemukan untuk mempromosikan praktik inkuiri siswa..

Page 30 (26m 29s)

LATAR BELAKANG. Reformasi pendidikan sains internasional telah menekankan dan terus menekankan sains sebagai inkuiri, pembelajaran berbasis inkuiri, dan praktik serta kebiasaan berpikir yang terkait dengan melakukan inkuiri ilmiah. Sebelumnya, penelitian menunjukkan bahwa kurikulum berbasis inkuiri dan pendekatan instruksional dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pengetahuan konten Metakognisi siswa memainkan peran penting dalam lingkungan belajar yang kompleks seperti hypermedia atau lingkungan belajar berbasis komputer (CBLE). Hal ini membutuhkan peserta didik untuk menggunakan strategi regulasi yang efektif untuk memproses informasi dan memecahkan masalah Siswa terkadang melakukan praktik inkuiri sebagai perilaku mekanis hafalan tanpa mengetahui arti atau fungsi yang mendasari setiap aktivitas.

Page 31 (28m 19s)

PENDAHULUAN. penelitian ini secara luas mempertimbangkan bahwa dorongan metakognitif mendorong siswa untuk memantau proses pembelajaran inkuiri mereka, untuk mengidentifikasi gerakan dan kesulitan yang produktif, dan untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran pribadi mereka selama inkuiri..

Page 32 (28m 41s)

RUMUSAN MASALAH. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam praktik inkuiri siswa yang menggunakan dua jenis prompt, hanya prompt kognitif dan kombinasi prompt kognitif dan metakognitif, di lingkungan pembelajaran inkuiri online? Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam praktik inkuiri siswa dengan tingkat metakognisi awal yang berbeda?.

Page 33 (29m 12s)

TUJUAN PENELITIAN. Mengetahui perbedaan yang signifikan dalam praktik inkuiri siswa yang menggunakan dua jenis prompt, hanya prompt kognitif dan kombinasi prompt kognitif dan metakognitif, di lingkungan pembelajaran inkuiri online. Mengetahui perbedaan yang signifikan dalam praktik inkuiri siswa dengan tingkat metakognisi awal yang berbeda..

Page 34 (29m 45s)

METODE PENELITIAN. Desain : metode campuran yang melibatkan kelas sekolah menengah pertama yang utuh digunakan untuk menyelidiki perkembangan praktik inkuiri ilmiah siswa instrumen : Sebanyak 51 siswa kelas 9 dari dua kelas SMP utuh di kota pinggiran di Taiwan selatan berpartisipasi dalam penelitian ini. Sebagian besar siswa berasal dari keluarga kelas pekerja dan menerima instruksi berbasis kuliah di kelas hampir sepanjang waktu. Satu kelas ditetapkan sebagai kelompok eksperimen (EG) dan yang lainnya adalah kelompok pembanding (CG). Ada 26 siswa (10 laki-laki dan 16 perempuan) di EG dan 25 (14 laki-laki dan 11 perempuan) di CG. Kedua kelompok diajar oleh guru yang sama yang pernah mengajar ilmu bumi di SMA selama 21 tahun. instrumen yang digunakan kuesioner metakognisi. Tes Praktik Inkuiri: Tes Praktik Inkuiri (IPT) dirancang untuk menilai praktik inkuiri siswa yang diberikan masalah kontekstual..

Page 35 (31m 24s)

HASIL PEMBAHASAN. Peningkatan dan kinerja EG yang lebih tinggi tampaknya dikaitkan dengan desain petunjuk metakognitif yang tertanam dalam modul pembelajaran online Berdasarkan hasil ini, kami merangkum tiga karakteristik petunjuk metakognitif efektif yang kami rancang dalam lingkungan e-learning untuk meningkatkan praktik inkuiri. Pertama, petunjuk metakognitif dalam modul pembelajaran inkuiri online berfungsi sebagai umpan balik langsung yang terkait dengan masalah kognitif. Petunjuk metakognitif muncul secara otomatis setelah siswa menyelesaikan semua masalah kognitif dalam satu tahap penyelidikan untuk memberikan dukungan tepat waktu untuk refleksi mereka dan evaluasi praktik penyelidikan mereka. Kedua, tampilan rubrik yang terus-menerus dengan kriteria eksplisit membantu siswa untuk memantau kemajuan penyelidikan mereka dan memeriksa kembali tujuan mereka untuk setiap tahap penyelidikan. Ketiga, ruang kerja peer review membantu siswa untuk mengenali jika mereka perlu mencari sumber daya atau bantuan dari teman sebaya dan/atau guru.

Page 36 (32m 41s)

KESIMPULAN. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa campuran dorongan kognitif dan metakognitif muncul untuk meningkatkan kinerja IPT, terutama dalam perencanaan dan analisis (lihatTabel 4), dan memiliki efek positif yang signifikan pada skor semua subskala penyelidikan yang dikodekan dari lembar kerja (lihat Tabel 5). Yang paling penting, pendekatan instruksional ini meratakan kesempatan belajar dan membantu siswa LM untuk mengembangkan praktik inkuiri mereka dengan mendorong mereka untuk memantau proses inkuiri mereka dan mengenali tujuan pembelajaran Hasil penelitian ini memberikan dasar untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut yang berfokus pada pengembangan praktik yang penting bagi penyelidikan ilmiah di mana 'ilmuwan menentukan apa yang perlu diukur; mengamati fenomena; rencana eksperimen, program observasi, dan metode pengumpulan data; membangun instrumen; terlibat dalam kerja lapangan yang disiplin;.