Pendekatan Behavioral

Published on Slideshow
Static slideshow
Download PDF version
Download PDF version
Embed video
Share video
Ask about this video

Scene 1 (0s)

B. Pendekatan Behavioral. Isna Asyri Syahrina, S. Psi., M.M.

Scene 2 (31s)

[Audio] Definisi Psikologi Harfiah Konseptual Sejarah Perkembangan Psikologi: Perkembangan psikologi sebagai ilmu Perkembangan psikologi di Indonesia Ruang Lingkup Psikologi Penerapan Psikologi dalam Praktik Keperawatan.

Scene 3 (1m 15s)

pendahuluan. Pendekatan Tingkah Laku M enekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku Konseling behavioral Asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat diganti dengan tingkah laku baru , dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk , tepat atau salah Konseling behavioral Memandang manusia sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri serta dapat mengontrol perilakunya , dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku yang lain..

Scene 4 (3m 7s)

SEJARAH. Perkembangan diawali tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal menentang perspektif psikoanalisa yang dominan . Dihasilhan berdasarkan eksperimen para behaviorist yang memberikan sumbangan pada prinsip belajar dalam tingkah laku manusia . Pendekatan behavioral terdiri dari tiga trend utama , yaitu : Trend I : kondisioning klasik (Classical Conditioning) Trend II : kondisioning operan (Operant Conditioning) Trend III : terapi kognitif ( Kognitive therapy).

Scene 5 (4m 8s)

Trend I : Classical Conditioning. girlb2reading2.

Scene 6 (7m 38s)

Trend II : Operant Conditioning. Tingkah laku yang menghasilkan konsekuensi . Dikembangkan oleh E. L Thorndike. Tokoh lainnya adalah B. F. skinner, perubahan tingkah laku diikuti dengan konsekuensi ( adanya reinforcer atau punisher Klasifikasi tingkah laku : Tingkah laku responden , respon terhadap stimulus spesifik . Tingkah laku operan , melakukan pilihan respon saat dihadapkan pada stimulus. Pilihan ini dipengaruhi efek atau konsekuensi yang mengikuti respon.

Scene 7 (12m 38s)

Trend III : Kognitif. Classical conditioning maupun operant conditioning menyampingkan konsep yang memediasi tingkah laku seperti peran pikiran , sikap dan nilai . Tokoh : Albert Bandura ; teori belajar sosial Manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri , manusia dan lingkungan saling mempengaruhi dan fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lainnya Teori belajar sosial berdasarkan pada konsep : Saling menentukan (reciprocal determinism) Tanpa penguatan (beyond reinforcement) Pengaturan diri / berpikir (self regulation/cognition).

Scene 8 (15m 19s)

Proses regulasi diri. Isna Asyri Syahrina. Memanipulasi eksternal.

Scene 9 (19m 28s)

Struktur kepribadian manusia. Sistem self Struktur kognitif yang memberi pedoman mekanisme dan seperangkat fungsi persepsi , evaluasi dan pengaturan tingkah laku Regulasi diri Kemampuan berpikir digunakan untuk memanipulasi lingkungan dengan strategi reaktif untuk mencapai tujuan dan proaktif untuk menentukan tujuan baru yang lebih tinggi Efikasi diri Penilaian diri , apakah individu memiliki keyakinan bahwa ia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan dengan baik dan memuaskan sesuai yang dipersyaratkan . ( Merupakan penilaian kemampuan diri Efikasi kolektif Keyakinan masyarakat bahwa usaha secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu.

Scene 10 (21m 6s)

Isna Asyri Syahrina. Sumber Efikasi diri. Pengalaman menguasai suatu peristiwa yang berisi prestasi yang dicapai di masa lalu.

Scene 11 (23m 53s)

PANDANGAN TENTANG MANUSIA. Pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan terstruktur pada konseling Setiap tingkah laku dapat dipelajari Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku yang baru Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah..

Scene 12 (24m 57s)

Proses pendidikan : konseling membantu konseli mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya Teknik dirakit secara individual: teknik yang digunakan pada setiap konseli berbeda-beda tergantung pada masalah serta karakteristik konseli . Metodologi ilmiah.

Scene 13 (29m 57s)

TUJUAN KONSELING. Berorientasi pada pengubahan atau modifikasi perilaku konseli , diantaranya untuk : Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari Membantu konseli membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat dan sesuai ( adjustive ) Konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif , memperkuat serta mempertahannkan perilaku yang diinginkan Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara konseli dan konselor ..

Scene 14 (31m 56s)

PERAN DAN FUNGSI KONSELOR. 14. Konselor berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu Konselor berperan sebagai guru, pengarah dan ahli yang mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif Konseli menentukan tingkah laku apa ( what ) yang akan diubah , sedangkan konselor menentukan cara yang digunakan untuk mengubahnya ( How ) Konselor sebagai model..

Scene 15 (33m 39s)

Tahap-tahap konseling. Asesmen ( assesment ) Menentukan tujuan (goal Setting) Mengimplementasikan teknik ( tecknique implementation) Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation-termination).

Scene 16 (35m 2s)

Isna Asyri Syahrina. Bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini . Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata , perasaan dan pikiran konseli ..

Scene 17 (37m 34s)

Konselor juga melakukan analisis ABC-- A = antecedent ( pencetus perilaku , B=behavior ( perilaku yang dipermasalahkan ; tipe tingkah laku , frekuensi tingkah laku , durasi tingkah laku , intensitas tingkah laku ). Data ini menjadi data awal (baseline data), C=Consequence ( konsekuensi atau akibat perilaku tersebut ) . Contoh:.

Scene 18 (39m 15s)

Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar yang dapat diterima dan dapat diukur Memecahkan tujuan ke dalam sub- tujuan dan menyusun tujuan ke dalam sub tujuan dan menyususn tujuan menjadi sasaran yang berurutan Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.

Scene 19 (40m 23s)

Menentukan strategi belajar yang terbaikuntuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan . Konselor dan konseli mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli Dalam implementasi teknik, konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara baseline dengan data intervensi.

Scene 20 (41m 19s)

Menguji apa yang konseli lakukan terakhir Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli M embantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konselingke tingkah laku konseli.

Scene 21 (42m 54s)

TEKNIK-TEKNIK KONSELING. Isna Asyri Syahrina. TEKNIK KONSELING BEHAVIORAL.

Scene 22 (43m 50s)

Memberikan penguatan yang menyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang , meningkat dan menetap di masa akan datang . Penguatan negatif : menghilangkan aversive stimulus yang biasa dilakukan agar tingkah laku yang tidak diinginkan berkurang dan tingkah laku yang diinginkan meningkat.

Scene 23 (45m 14s)

Isna Asyri Syahrina. Klasifikasi Reinforcement positif Reinforcement negatif Tingkah laku awal Ria membersihkan kamamya Bob mengeluh tentang kakak kelas yang memukul dan ia tidak mau masuk sekolah Konsekuensi Orangtua Ria memberi pujian Orangtua Bob membolehkannya tidak masuk sekolah Kemungkinan efek Ria akan terus membersihkan kamamya Bob akan terus tidak masuk sekolah.

Scene 24 (45m 47s)

Penguatan positif tergantung pada penampilan tingkah laku yang diinginkan Tingkah laku yang diinginkan diberikan penguatan segera setelah tingkah laku tersebut ditampilkan Pada tahap awal , proses perubahan tingkah laku yang diinginkan diberi penguatan setiap kali tingkah laku tersebut ditampilkan Ketika tingkah laku yang diinginkan sudah dapat dilakukan dengan baik , penguatan diberikan secara berkala dan pada akhirnya dihentikan Pada tahap awal , penguatan sosial selalu diikuti gengan penguatan yang berbentuk benda.

Scene 25 (46m 34s)

Reinforcement diikuti oleh tingkah laku Tingkah laku yang diharapkan harus diberi reinforcement segera setelah ditampilkan Reinforcement harus sesuai dan bermakna bagi individu atau kelompok yang diberi reinforcement Pujian atau hadiah yang kecil tetapi banyak lebih efektif dari yang besar tapi sedikit.

Scene 26 (48m 17s)

Penerapan penguatan positif yang efektif Memberikan penguatan dengan segera Penguatan akan memiliki efek yang lebih bermakna bila diberikan segera setelah tingkah laku yang diinginkan dilakukan oleh konseli. Alasan pemberian penguatan dengan segera adalah untuk menghindari terdapat tingkah laku lain yang menyela tingkah laku yang diharapkan. Dengan demikian, tujuan pemberian penguatan terfokus pada tingkah laku yang diharapkan Memilih penguatan yang tepat.

Scene 27 (49m 35s)

Langkah-langkah pemberian penguatan (reinforcement) Mengumpulkan informasi tentang pcrmasalahan melalui analisis ABC Antecedent (pencetus perilaku Behavior (perilaku yang dipermasalahkan-, frekuensi, intensitas, dan durasi Consequence (akibat yang diperoleh dari perilaku tersebut) Memilih perilaku target yang ingin ditingkatkan Menetapkan data awal (baseline) perilaku awal Menentukan reinforcement yang bermakna Menetapkan jadwal pemberian reinforcement Penerapan reinforcement positif.

Scene 28 (50m 28s)

Isna Asyri Syahrina. Bagan Jadwal. Jadwal Pemberian Reinforcement.

Scene 29 (54m 49s)

Token tidak mengurangi nilai insentif Dapat mengurangi penundaan antara tingkah laku yang diinginkan dengan hadiah (reward) Dapat digunakan sebagai motivator kongkrit untuk mengubah tingkah laku tertentu Kesempatan untuk menentukan bagaimana menggunakan token yang didapatkan Meningkatkan moral konseli Mengatur penguatan sosial Jembataan anatara institusi dan kehidupan di luar sekolah.

Scene 30 (57m 9s)

Membuat analisis ABC Menetapkan target perilaku yang akan dicapai bersama konseli Penetapan besaran harga atau poin yang sesuai dengan perilaku target Penetapan saat kapan token diberikan kepada konseli Menetapkan perilaku awal program Memilih reinforcement yang sesuai bersama konseli Memilih token yang akan digunakan , misalnya : bintang , stempel dan kartu.

Scene 31 (57m 55s)

Lakukan monitoring Pedoman diberikan kepada konseli Membuat pedoman pelaksanaan ( perilaku mana yang akan diberi penguatan , bagaimana cara memberi penguatan dengan token, kapan waktu pemberian , berapa jumlah token yang bisa diperoleh , data apa yang harus dicatat , kapan dan bagaimana data dicatat , siapa administratornya , dan bagaimana prosedur evaluasi ) Menetapkan jumlah dan frekuensi penukaran token Mengidentifikasi staf yang terlibat dalam program, misalnya guru, relawan , siswa.

Scene 32 (58m 37s)

Reward Waktu Poin Meminjam buku cerita 2 hari 20 Menonton film 1 kali 30 Main di time Zone 1 kali 50.

Scene 33 (59m 5s)

Shaping adalah membentuk tingkah laku baru yang sebelumnya belum ditampilkan dengan memberikan reinforcement secara sistematikdan langsung setiap kali tingkah laku ditampilakan . Tingkah laku diubah secara bertahap.

Scene 34 (59m 54s)

Membuat analisis ABC Menetapkan target perilaku spesifik yang akan dicapai bersama konseli Tentukan bersama jenis reinforcement positif yang akan digunakan Membuat perencanaan dengan membuat tahapan pencapaian perilaku mulai dari perilaku awal sampai perilaku akhir Perencanaan dapat dimodifikasi selama berlangsungnya program shaping Penetapan waktu pemberian reinforcement pada setiap tahap program.

Scene 35 (1h 0m 34s)

Penerapan perencanaan shaping. Konseli harus diberitahu sebelum perencanaan dilakukan Beri penguatan segera pada saat awal perilaku Jangan pindah ke tahap berikut sebelum konseli menguasai perilaku pada satu tahap Bila belum yakin penguasaan perilaku konseli , dapat digunakan aturan perpindahan tahap bila sudah benar 6 dari 10 percobaan Jangan terlalu sering memberi penguatan pada satu tahap , dan tidak memberi penguatan pada tahap lainnya.

Scene 36 (1h 1m 39s)

Isna Asyri Syahrina. Picture1dd. Faktor yang mempengaruhi efektivitas shaping.

Scene 37 (1h 3m 34s)

Pembuatan kontrak (Contingency Contracting). Pembuatan kontrak adalah mengatur kondisi sehingga konseli menampilkan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara konseli dan konselor.

Scene 38 (1h 4m 59s)

Contoh kontrak i. Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Jumlah Tidak Terlambat.

Scene 39 (1h 5m 25s)

Modeling ( penokohan ). 39. Istilah yang digunakan : penokohan (modeling), peniruan (imitation), dan belajar melalui pengamatan (observational learning) Modeling merupakan belajar observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati , menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus , melibatkan proses kognitif Berakar dari teori Albert Bandura Meliputi tokoh nyata , tokoh melalui film, tokoh imajinasi ( imajiner ).

Scene 40 (1h 6m 25s)

Isna Asyri Syahrina. Tipe modeling. Modeling tingkah laku baru.

Scene 41 (1h 7m 39s)

Proses penting modeling. Representasi yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasi dalam ingatan Perhatian , harus fokus pada model Peniruan tingkah laku model, yaitu bagaimana melakukannya ? Apa yang harus dikerjakan , apakah sudah benar ? Hasil lebih pada pencapaian tujuanbelajar Motivasi dan penguatan.

Scene 42 (1h 9m 1s)

Ciri model seperti ; usia , status sosial , jenis kelamin , keramahan dan kemampuan , penting untuk meningkatkan imitasi Lebih senang meniru model seusianya Cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauan Cenderung mengimitasi orang tua yanag hangat dan terbuka.

Scene 43 (1h 9m 50s)

Prinsip-prinsip modeling. Isna Asyri Syahrina. Belajar bisa diperoleh melalui pengalaman langsung dan tidak langsung dengan mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya Kecakapan sosial tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model yang ada Reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang dikenai hukuman Status kehormatan model sangat berarti.

Scene 44 (1h 10m 41s)

Prinsip-prinsip modeling. Isna Asyri Syahrina. Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model Modelling dapat dilakukan dengan model simbol melalui film dan alat visual lain Pada konseling kelompok terjadi model ganda Prosedur modelling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.

Scene 45 (1h 11m 35s)

Contoh kasus : fobia. Isna Asyri Syahrina. Pengaruh modeling.

Scene 46 (1h 12m 28s)

Isna Asyri Syahrina. Macam-macam penokohan. Penokohan nyata , (live model); seperti guru, terapis , anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi dijadikan model oleh konseli.

Scene 47 (1h 13m 10s)

Langkah-langkah. Menetapkan bentuk penokohan (live model), symbolic model, multiple model) Pada live model, pilih model yang bersahabat , atau teman sebaya konseli yang memiliki kesamaan seperti usia , status ekonomi , dan penampilan fisik . Hal ini penting terutama bagi anak-anak B ila mungkin , gunakan lebih dari satu model Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat perilaku konseli Kombinasikan modeling dengan aturan , instruksi , behavioral rehearsal, dan penguatan Pada saat konseli memperhatikan penampilan tokoh berikan penguatan alamiah.

Scene 48 (1h 14m 2s)

Langkah-langkah. Melakukan pemodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang menimbulkan rasa takut bagi konseli ( dengan sikap manis , perhatian , bahasa yang lembut dan perilaku yang menyenangkan konseli ) Skenario modeling harus dibuat realistik Bila perilaku bersifat kompleks , maka periode modeling dilakukan mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar Bila mungkin buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model secara tepat ..

Scene 49 (1h 15m 17s)

Pcngelolaan diri (self management) adalah prosedur di mana individu mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan komponen dasar yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan diterapkan, melaksanakan proseduI tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur tersebut.

Scene 50 (1h 15m 58s)

Masalah-masalah yang dapat ditangani dengan menggunakan teknik pengelolaan diri (self management).