Gereja-sebagai-Umat-Allah-dan-Persekutuan-yang-Terbuka

Published on
Embed video
Share video
Ask about this video

Scene 1 (0s)

SELAMAT DATANG /410€/4. Gereja sebagai Umat Allah dan Persekutuan yang Terbuka.

Scene 2 (16s)

[Audio] Mari kita bersama-sama memperdalam pemahaman kita tentang sifat sejati gereja sebagai umat Allah dan komunitas yang terbuka melalui pembelajaran agama Katolik. Pada slide ini, kita akan membahas agenda pembelajaran yang akan membantu kita untuk menggali pemahaman lebih dalam tentang arti dan makna Gereja. Pertama-tama, kita akan mempelajari Gereja sebagai umat Allah yang dipanggil oleh Allah untuk melayani dan mengikut Yesus Kristus. Selanjutnya, kita akan mengeksplorasi makna Gereja menurut Kitab Suci dan ajaran Gereja, serta ciri-cirinya sebagai tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota yang saling bertautan dan bekerja bersama. Dengan memahami ciri-ciri ini, kita akan lebih memahami bagaimana Gereja merupakan tempat di mana kita dapat tumbuh dan berkembang dalam keimanan dan pengharapan. Melalui pembelajaran ini, kita juga akan memahami Gereja sebagai persekutuan yang terbuka, ramah, dan menerima semua orang tanpa memandang status sosial, ras, atau latar belakang. Selanjutnya, kita akan membahas perubahan cara pandang terhadap Gereja dan mengambil waktu untuk memahami makna Gereja sebagai persekutuan terbuka yang bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan dan komunitas. Akhirnya, kita akan membahas implementasi pembelajaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model discovery learning serta problem-based learning. Kita juga akan mempraktikkan metode tanya jawab, wawancara, diskusi, dan bermain peran untuk memperdalam pemahaman kita. Mari kita bersama-sama memperdalam pemahaman kita tentang sifat sejati gereja dan komunitas yang terbuka melalui pembelajaran agama Katolik ini. Pembahasan lebih lanjut akan dilanjutkan pada slide selanjutnya..

Scene 3 (2m 5s)

[Audio] Kembali di video pelatihan kami tentang pemahaman yang lebih dalam tentang Gereja, kita akan merenung tentang arti Gereja bagi kita. Gereja bukan hanya bangunan fisik atau institusi, tetapi komunitas orang beriman dalam perjalanan iman. Gereja adalah kita, umat manusia yang dipanggil untuk hidup dalam cinta dan persaudaraan. Apa arti Gereja bagi kita? Apakah hanya tempat beribadah atau lebih dari itu? Mari kita buka pikiran dan hati kita, dan berbagi pandangan tentang arti sejati Gereja. Dengan lebih memahami Gereja, kita dapat memahami panggilan sebagai umat Allah untuk hidup dalam kebersamaan dan saling mendukung. Dengan belajar dan berbagi pengalaman ini, kita dapat memperkaya pemahaman tentang Gereja dan menjadi lebih terbuka dan terikat dalam komunitas yang sejati. Mari kita lanjutkan ke slide berikutnya dan mengeksplorasi kekayaan Gereja sebagai umat Allah. Terima kasih telah mengikuti video pelatihan ini. Sampai jumpa di slide berikutnya!.

Scene 4 (3m 8s)

[Audio] Pada slide keempat, kita akan membahas tema "Peran Gereja sebagai Komunitas Terbuka", yang merupakan topik menarik. Gereja adalah bahtera yang melaju di tengah tantangan dan cobaan zaman ini. Meskipun demikian, gereja tetap teguh dalam perjalanannya menuju tujuan akhir kehidupan. Selain itu, tugas gereja adalah menyebarkan kabar baik tentang keselamatan dan kasih Allah ke seluruh dunia. Sebagai bagian dari umat beriman, gereja membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi semua manusia, seperti yang digambarkan dalam lagu "Gereja Bagai Bahtera". Melalui pendidikan agama Katolik, kita akan memahami peran gereja sebagai komunitas terbuka yang menerima semua orang tanpa memandang latar belakang, status sosial, atau ras. Mari kita bersama-sama memperdalam pemahaman tentang gereja sebagai pelindung dan penyebar kasih Allah..

Scene 5 (4m 4s)

[Audio] Pada slide nomor lima, kita akan membahas tentang Model Institusional Hierarkis dan Model Persekutuan Umat Allah. Model Institusional Hierarkis mengacu pada struktur hierarkis dalam Gereja Katolik yang menempatkan pemimpin tertinggi di puncak piramida dan mengatur hubungan antara pemimpin dan masyarakat. Di sisi lain, Model Persekutuan Umat Allah menekankan pentingnya komunitas terbuka dan bersama-sama membangun Gereja. Dalam model ini, semua umat Allah memiliki peran yang sama dan saling mendukung satu sama lain. Penting untuk memahami kedua model ini agar memperkuat kehadiran dan misi Gereja sebagai umat Allah. Dengan memperdalam pemahaman tentang kedua model ini, kita akan lebih menghargai peran dan tanggung jawab umat Allah dalam membangun Gereja yang kuat dan bersatu. Keduanya tidak saling bertentangan, tapi saling melengkapi dalam membangun umat Allah yang bersatu dan terbuka. Lanjutkan ke slide berikutnya untuk memperkuat pemahaman kita tentang Gereja sebagai umat Allah yang bersatu dan terbuka..

Scene 6 (5m 9s)

[Audio] Di slide nomor enam, kita akan membahas tentang "Gereja dalam Sejarah". Pada Jemaat Perdana, jemaat yang pertama kali dibentuk saat Yesus masih hidup, terdapat contoh ideal dari Gereja yang sejati. Mereka hidup dalam persaudaraan yang sejati, saling mencintai, berbagi harta milik, dan hidup dalam komunitas yang terbuka (Kis 2:41-47). Namun, pada Abad Pertengahan, struktur gereja mulai berubah dengan menekankan hierarki, kekuasaan, dan otoritas yang kuat. Gereja menjadi lebih terfokus pada kekuasaan daripada kasih, yang membawa dampak negatif. Namun, Konsili Vatikan II yang berlangsung dari tahun 1962 hingga 1965 membawa perubahan yang signifikan. Gereja tidak lagi dilihat sebagai piramida dengan para pemimpin yang memiliki kekuasaan yang besar, tetapi sebagai Umat Allah yang bekerja bersama-sama. Di zaman modern ini, Gereja terus berkembang menuju arah yang lebih partisipatif, dialogis, dan terbuka. Gereja seharusnya menjadi tempat yang ramah, terbuka bagi semua orang, dan di mana setiap orang memiliki suara yang sama. Dengan memahami sejarah Gereja, kita mengerti bahwa Gereja seharusnya menjadi komunitas yang terbuka dan penuh kasih, yang dimiliki oleh Umat Allah. Sampai jumpa di slide berikutnya!.

Scene 7 (6m 37s)

[Audio] Pada slide nomor 7, kita akan membahas tentang kehidupan jemaat Kristen perdana dan ciri-ciri persekutuan yang erat. Kisah para rasul 2:41-47 menyebutkan bahwa mereka bertekun dalam pengajaran dan persekutuan. Mereka juga selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa bersama. Semua anggota jemaat hidup dalam persatuan dan berbagi segala kepunyaan. Melalui Pendidikan Agama Katolik, kita dapat menggali lebih dalam tentang ciri-ciri ini dan menjadi bagian dari komunitas yang terbuka seperti jemaat Kristen perdana. Kita dapat belajar untuk saling berbagi dan mengasihi seperti yang dilakukan oleh mereka. Ini adalah inti dari Gereja sebagai Umat Allah yang terbuka. Mari terus belajar bersama dan merasakan sukacita dalam persekutuan yang erat..

Scene 8 (7m 27s)

[Audio] Slide ke-8 dari presentasi ini akan membahas topik Menggali Kitab Suci dalam Kajian Agama Katolik. Dalam Kitab Suci, kita dapat memahami esensi sebenarnya dari Gereja sebagai umat Allah dan masyarakat yang terbuka. Analogi tubuh yang digunakan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus menggambarkan Gereja sebagai tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota yang berbeda. Setiap anggota memiliki peran dan fungsi yang saling tergantung dan sama pentingnya. Kita semua adalah bagian dari Gereja dan memiliki peran yang penting untuk kemajuan dan kesatuan Gereja. Melalui pembelajaran Agama Katolik, kita dapat memperdalam pemahaman kita tentang Kitab Suci dan menggali lebih dalam mengenai esensi sejati dari Gereja. Kita juga harus bekerja bersama sebagai umat Allah untuk memajukan Gereja, seperti anggota tubuh yang bekerja bersama untuk kebaikan tubuh secara keseluruhan. Semoga presentasi ini dapat membantu kita untuk lebih memahami peran dan tanggung jawab kita sebagai anggota Gereja yang berkontribusi untuk membangun dan saling membantu. Jangan lewatkan slide berikutnya yang juga akan membahas ayat-ayat relevan dengan tema kita hari ini. Sampai jumpa di slide selanjutnya!.

Scene 9 (8m 43s)

[Audio] Di slide ini, kita akan membahas tentang karunia-karunia yang diberikan oleh Roh Kudus kepada Gereja. Dalam surat 1 Korintus 12 ayat 7-11, kita diberi tahu bahwa Roh Kudus memberikan berbagai karunia kepada anggota Gereja. Salah satu karunia yang diberikan adalah karunia kebijaksanaan, yang merupakan kemampuan untuk memahami kebenaran ilahi dan menerapkannya dalam kehidupan kita. Karunia ini sangat penting dalam menjalani kehidupan sebagai umat Katolik. Selain itu, ada juga karunia penyembuhan, yang memungkinkan kita untuk menyembuhkan penyakit sebagai tanda kehadiran Roh Kudus. Karunia ini dapat digunakan untuk membantu orang-orang yang sedang menderita. Karunia terakhir adalah karunia bernubuat, yang memungkinkan kita untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada umat-Nya. Karunia ini dapat digunakan untuk memberikan pengharapan dan kekuatan kepada sesama kita. Namun, perlu diingat bahwa karunia-karunia ini diberikan untuk kepentingan bersama dan bukan untuk kemuliaan pribadi. Kita harus menggunakan karunia-karunia ini untuk memperkaya Gereja dan membantu menjalankan misinya. Mari kita berdoa agar kita dapat mengenal dan mengembangkan karunia-karunia ini yang telah diberikan kepada kita oleh Roh Kudus.".

Scene 10 (10m 1s)

[Audio] Slide nomor 10 dari presentasi kami akan membahas ciri-ciri gereja sebagai umat Allah, sebuah persekutuan iman yang dipersatukan oleh keyakinan yang sama kepada Kristus dan baptisan. Pertama, kesetaraan fundamental dalam gereja perlu difokuskan. Sebagai umat Allah, semua anggota memiliki martabat yang sama sebagai anak-anak-Nya. Tidak ada perbedaan antara kita dalam pandangan Tuhan karena kita semua adalah bagian dari satu keluarga yang dipersatukan oleh iman yang sama. Selain itu, keberagaman karunia juga menjadi ciri utama gereja sebagai umat Allah. Setiap anggota memiliki karunia dan peran yang berbeda untuk kebaikan bersama. Dengan saling melengkapi, kita dapat membangun dan memperkuat gereja kita. Selain itu, partisipasi aktif dalam misi gereja juga sangat penting. Semua anggota dipanggil untuk berperan serta dalam misi penyelamatan, bukan hanya sebagai penonton yang pasif. Gereja sebagai umat Allah bukan hanya tentang struktur hierarkis tetapi juga sebagai komunitas orang beriman yang dipersatukan dalam Kristus. Mari kita renungkan kembali tentang panggilan kita sebagai umat Allah dan membuat gereja sebagai rumah bagi semua, tanpa memandang perbedaan, serta bekerja sama untuk membangun gereja yang kuat dan berpengaruh..

Scene 11 (11m 22s)

[Audio] Slide nomor 11 dari presentasi kita mengenai Ajaran Gereja tentang Umat Allah akan membahas tentang bagaimana Konsili Vatikan II, khususnya Konstitusi Dogmatis tentang Gereja "Lumen Gentium", menekankan pentingnya memahami Gereja sebagai Umat Allah. Sebagaimana yang telah dipelajari sebelumnya, Baptis mempersatukan kita sebagai anggota Tubuh Kristus melalui regenerasi dan pengurapan Roh Kudus. Oleh karena itu, sebagai bagian dari Umat Allah, kita juga dikuduskan dan menjadi tempat kediaman rohani dan imam kudus. Mengapa penting untuk memahami Gereja sebagai Umat Allah? Konsili Vatikan II menegaskan bahwa semua orang yang beriman, melalui Baptis, menjadi anggota Umat Allah dan berpartisipasi dalam imamat umum orang beriman. Ini berarti bahwa semua orang yang beriman, tidak peduli status sosial, latar belakang, atau pangkat, memiliki tanggung jawab sebagai anggota Tubuh Kristus. Kita semua adalah imam yang diurapi di dalam Kristus dan dipanggil untuk mempersembahkan diri kepada Allah. Namun, ini berbeda dengan imamat jabatan yang dilakukan oleh para imam dan uskup. Kita semua berbagi dalam imamat umum, tetapi para imam dan uskup memiliki imamat jabatan yang memungkinkan mereka untuk memberikan Sakramen dan mewakili Kristus secara khusus. Mari kita lebih memahami Umat Allah sebagai komunitas yang terbuka dan inklusif, di mana semua orang berbagi dalam imamat umum dan memiliki tanggung jawab untuk mempersembahkan diri kepada Allah. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk belajar bersama. Sampai jumpa di slide selanjutnya..

Scene 12 (13m 4s)

[Audio] Slide 12: Dalam presentasi ini, kita akan membahas tentang Gereja: Satu Tubuh, Banyak Anggota. Setiap orang dalam tubuh Kristus memainkan peran yang saling melengkapi. Ada tiga peran utama yang diemban oleh semua orang beriman, yaitu imam, nabi, dan raja. Sebagai imam, tugas kita adalah menghubungkan umat dengan Tuhan melalui doa dan persembahan. Sebagai nabi, kita bertugas menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat. Dan sebagai raja, kita bertanggung jawab untuk memimpin dan mengayomi komunitas. Dengan memahami peran-peran ini, kita dapat memperkuat pemahaman tentang Gereja sebagai tubuh Kristus yang terdiri dari beragam anggota yang saling melengkapi. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk membangun dan memperkuat komunitas Gereja yang terbuka dan ramah. Dengan belajar pendidikan keagamaan Katolik, kita dapat lebih memahami hakikat sebenarnya dari Gereja sebagai umat Allah dan komunitas yang terbuka. Mari kita bersama-sama meningkatkan pemahaman kita tentang Gereja dan memperkuat komunitas kita sebagai orang-orang beriman..

Scene 13 (14m 15s)

[Audio] Pada slide nomor tiga belas dari presentasi ini, kita akan membahas perubahan pandangan tentang gereja. Sebelum Konsili Vatikan II, gereja dianggap sebagai institusi hierarkis yang dikuasai oleh klerus seperti Paus, uskup, dan imam. Klerus dianggap sebagai pusat gereja, sedangkan awam hanya sebagai penerima pasif. Gereja juga cenderung eksklusif dan tertutup, hanya fokus pada otoritas dan kepatuhan. Namun, setelah Konsili Vatikan II, pandangan kita terhadap gereja berubah secara mendasar. Gereja tidak lagi dianggap sebagai institusi hierarkis, tetapi sebagai Umat Allah yang dipusatkan pada Kristus. Peran awam juga menjadi lebih aktif dan berpartisipasi dalam gereja. Gereja sekarang lebih inklusif dan terbuka, dengan fokus pada pelayanan dan dialog. Semua ini merupakan hasil semangat Konsili Vatikan II untuk mendorong partisipasi aktif dari seluruh umat. Konsili Vatikan II telah membawa perubahan yang signifikan dalam pandangan kita tentang gereja. Tidak lagi sebagai struktur yang menindas, tetapi sebagai Umat Allah yang berpartisipasi dan melayani. Ini adalah perubahan yang penting, karena gereja seharusnya bukan hanya struktur, tetapi komunitas yang terbuka dan melayani. Terima kasih telah mengikuti presentasi ini. Mari kita terus memperdalam pemahaman kita tentang hakikat gereja sebagai Umat Allah yang terbuka dan komunitas yang menuju kepada-Nya melalui pembelajaran agama Katolik..

Scene 14 (15m 49s)

[Audio] Gereja, sebagai umat Allah dan komunitas terbuka, memiliki peran penting dalam memperdalam pemahaman tentang kebenaran kita. Ada tiga komponen utama yang perlu diketahui dalam pembahasan tentang keanggotaan dan peran Gereja. Yang pertama adalah Paus, yang merupakan pemimpin tertinggi Gereja. Beliau adalah penerus Petrus, salah satu dari dua belas rasul yang dipilih Yesus untuk memimpin Gereja. Paus juga menjadi simbol persatuan Gereja universal, yang menghubungkan umat beriman dari seluruh dunia. Selanjutnya, ada Uskup, yang menjadi pemimpin di tingkat lokal atau keuskupan. Mereka adalah penerus para rasul yang ditugaskan untuk memimpin komunitas iman di wilayah tertentu. Uskup juga berperan sebagai pengajar iman, membimbing umat beriman untuk memahami ajaran Gereja. Di samping itu, ada Imam dan Diakon, yang merupakan pelayan yang ditahbiskan untuk melayani kasih dan pewartaan. Imam bertugas memimpin ibadah dan sakramen, sedangkan diakon membantu imam dan melayani umat dalam berbagai kegiatan keagamaan. Terakhir, ada awam, yang merupakan mayoritas umat beriman yang berperan aktif dalam misi Gereja di dunia. Mereka adalah anggota Gereja yang tidak ditahbiskan, namun tetap memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan misi Gereja dan menunjukkan kasih kepada sesama. Dengan memahami peran masing-masing anggota Gereja, kita dapat memperkuat komunitas dan memperdalam pemahaman tentang makna sejati Gereja sebagai umat Allah yang terbuka. Marilah terus belajar melalui pendidikan agama Katolik untuk menjadi lebih baik sebagai anggota Gereja dan mengemban misi di dunia..

Scene 15 (17m 33s)

[Audio] Peran awam dalam gereja sangat penting, sebagaimana disebutkan dalam Lumen Gentium 37. Mereka adalah bagian dari umat Tuhan dan komunitas yang terbuka. Mereka memiliki hak untuk menerima harta rohani dari para gembala rohani, seperti bantuan firman Tuhan dan sakramen. Namun, peran mereka lebih dari sekadar 'pembantu' hierarki gereja. Mereka adalah anggota gereja yang memiliki martabat dan peran yang penting. Melalui sakramen baptisan dan penguatan, mereka dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi di lingkungan keluarga, pekerjaan, dan masyarakat. Tugas khusus awam adalah menguduskan dunia dari dalam, dengan menjadi teladan bagi orang lain dan menyebarkan kasih dan kebaikan di sekitar mereka. Dengan demikian, mereka membantu mewujudkan misi gereja sebagai wadah keselamatan bagi seluruh umat manusia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami peran awam dalam gereja dan menjadi saksi Kristus di dunia. Dengan begitu, kita dapat mewujudkan visi gereja sebagai komunitas terbuka yang menerima semua orang tanpa diskriminasi. Sampai jumpa di sesi selanjutnya..

Scene 16 (18m 48s)

[Audio] Persembahan video kami membahas pemahaman yang lebih mendalam mengenai hakikat sebenar gereja sebagai umat Allah dan persekutuan yang terbuka melalui pembelajaran pendidikan agama Katolik. Pada slide ke-16 daripada 20, kita akan membahas tiga aspek yang terdapat dalam teks tersebut. Pertama, gereja sebagai persekutuan yang terbuka artinya terbuka kepada Allah. Ini memerlukan keikhlasan dan kerendahan hati untuk menerima kehendak Allah yang mungkin berbeda dengan kehendak kita sendiri. Kedua, gereja sebagai persekutuan yang terbuka juga berarti terbuka kepada sesama. Kita harus menerima semua orang tanpa membedakan, terutama mereka yang miskin dan tersisih. Kita tidak boleh menghakimi atau membedakan sesama berdasarkan status sosial, agama, atau hal lain. Ini menunjukkan kasih sayang dan penerimaan yang sejati di dalam gereja. Terakhir, gereja sebagai persekutuan yang terbuka juga berarti terbuka kepada dunia. Kita harus berdialog dengan budaya dan agama lain serta berusaha menyelesaikan masalah dunia. Ini melibatkan partisipasi dalam usaha masyarakat dan memperjuangkan keadilan dan kebaikan untuk semua. Kami berharap melalui pembelajaran ini, kita semua dapat mewujudkan gereja sebagai persekutuan yang terbuka kepada Allah, sesama, dan dunia..

Scene 17 (20m 11s)

[Audio] Saat ini kita berada di slide ke-17 dari total 20 slide dalam presentasi ini. Pada slide ini, kita akan membahas pentingnya menggali Kitab Suci dan model persekutuan yang terbuka dan inklusif yang ditunjukkan oleh jemaat perdana. Kitab Suci adalah sumber utama bagi umat Katolik untuk memahami ajaran dan nilai-nilai Gereja. Dengan menggali Kitab Suci, kita dapat memperdalam pemahaman tentang kebenaran Gereja dan membangun komunitas terbuka. Contoh yang akan diambil dari Kisah Para Rasul 4:32-37 menunjukkan model persekutuan yang terbuka dan inklusif yang ditunjukkan oleh jemaat perdana. Jemaat perdana menunjukkan rasa kepedulian yang tinggi terhadap sesama, dengan hidup dalam kebersamaan dan saling bersatu dalam kasih Kristus. Contoh ini dapat dijadikan inspirasi untuk memperkuat persekutuan yang inklusif dan saling berbagi dalam kehidupan kita sebagai umat Katolik. Kita dapat belajar dari jemaat perdana untuk membuka diri dalam memahami ajaran dan nilai-nilai Gereja yang mengutamakan persatuan dan kepedulian terhadap sesama. Ayo terus menggali Kitab Suci dan memperkuat persekutuan yang inklusif. Sampai jumpa di slide ke-18!.

Scene 18 (21m 27s)

[Audio] Slide ke-18 membahas tentang ciri-ciri Gereja sebagai persekutuan yang terbuka. Dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik, kita akan lebih memahami sifat sebenarnya dari Gereja sebagai umat Allah dan komunitas yang terbuka. Salah satu ciri Gereja yang terbuka adalah dialog. Gereja ini dapat berdialog dengan semua orang, tidak hanya sesama umat Katolik, tetapi juga dengan agama dan budaya lain. Kita belajar untuk saling mendengarkan dan memahami satu sama lain, menciptakan rasa saling menghormati dan toleransi. Gereja juga merupakan tempat solidaritas, yang mengajarkan kita untuk memperhatikan dan membantu mereka yang miskin dan terpinggirkan dalam masyarakat. Ini adalah bentuk kasih Kristus yang kita terima. Selain itu, Gereja juga mengajarkan tentang ekumenis, yaitu bersedia bekerja sama dengan agama dan budaya lain untuk memperkuat persatuan dan kerukunan antarumat beragama. Melalui pembelajaran pendidikan agama Katolik, kita diajak untuk memahami dan menerapkan ciri-ciri Gereja yang terbuka, yaitu dialog, solidaritas, dan ekumenis..

Scene 19 (22m 38s)

[Audio] Slide ke-19 dari presentasi tentang Ajaran Gereja tentang Keterbukaan akan membahas tentang ajaran Dignitatis Humanae yang menekankan pentingnya keterbukaan dalam kehidupan beragama. Sebagai manusia, kita memiliki martabat yang luhur dan kebebasan untuk bertindak dalam hal keagamaan. Gereja mengajarkan bahwa martabat ini memerlukan kesadaran dan kebebasan dalam menjalankan agama. Gereja juga menghormati kebebasan beragama dan martabat setiap manusia. Hal ini tercermin dalam ajaran Gereja Nostra Aetate yang menyatakan bahwa Gereja Katolik tidak menolak kebenaran dan kekudusan dalam agama-agama lain. Gereja juga menghargai nilai-nilai positif yang terdapat dalam tradisi agama-agama lain. Konsili Vatikan II menekankan pentingnya keterbukaan, dialog, dan penghargaan terhadap semua manusia dan tradisi religius dalam berbagai dokumen. Dengan memahami ajaran keterbukaan ini, kita dapat menjadi lebih terbuka dan berempati terhadap manusia dan tradisi agama lain. Sebagai bagian dari Gereja, kita diajak untuk menjadi komunitas yang terbuka dan menyambut semua dengan kasih. Mari terus memperdalam pemahaman kita tentang ajaran Gereja tentang keterbukaan..

Scene 20 (23m 53s)

[Audio] Saudara-saudara yang terkasih, kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi Anda dalam presentasi ini. Sekarang kita telah mencapai slide terakhir, yaitu slide nomor 20 dari 20. Di slide ini, kita akan membahas sebuah studi kasus menarik tentang Gereja yang Terbuka. Paroki Santo Yohanes di Jakarta memiliki program yang sangat luar biasa, yaitu "Taman untuk Semua". Program ini melibatkan warga sekitar dari berbagai agama untuk mengelola taman komunitas yang berada di sekitar gereja. Selain itu, paroki ini juga membuka aula gereja untuk pertemuan warga dan kegiatan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa paroki ini benar-benar menerapkan konsep Gereja sebagai persekutuan yang terbuka. Tidak hanya itu, pada hari-hari besar agama lain, paroki ini juga mengirimkan ucapan selamat dan bahkan mengunjungi tempat ibadah tetangga. Hal ini menunjukkan bahwa paroki ini benar-benar mempraktikkan kasih dan persaudaraan seperti yang diajarkan oleh Yesus. Apa yang dapat kita pelajari dari contoh ini? Kita dapat belajar bahwa sebagai umat Katolik, kita harus aktif dalam membuka diri kepada masyarakat sekitar, tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang sosial. Kita harus menjadi teladan dalam membangun persaudaraan dan menjaga perdamaian bersama. Dengan demikian, kita juga dapat memperluas jangkauan kasih dan kasih Tuhan kepada sesama, serta menjadi saksi kasih dan keragaman di masyarakat. Mari kita semua bersama-sama belajar dari contoh paroki Santo Yohanes ini. Saudara-saudara, itu merupakan akhir dari presentasi ini. Sekali lagi, kami berterima kasih atas partisipasi Anda dan semoga kita semua dapat memperdalam pemahaman tentang Gereja sebagai persekutuan yang terbuka melalui pembelajaran agama Katolik. Terima kasih..